Nisan Kuno abad ke-19 yang ditemukan di kawasan Pasar 16 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan sedikit membuka tabir sejarah yang hilang. Arkeolog menyebut temuan masif ini sangat penting dan membuktikan kawasan tersebut bersejarah.Â
-
Kesadaran masyarakat dan perhatian Pemerintah Kota Palembang tengah diuji. Bagaimana menyikapi temuan benda diduga cagar budaya yang dapat memperkaya khazanah sejarah kota tertua di Indonesia ini ke depannya.
-
Temuan kecil seperti pecahan keramik, logam, dan botol kuno pun menyertai penemuan enam nisan beraksara Arab, berbahasa Melayu dan Arab ini.
WANAWALA – RETNO Purwanti tengah bersiap untuk memejamkan matanya saat ponselnya berbunyi, Kamis (13/1/2022) malam. Perhatiannya tersita karena bukan pesan biasa yang masuk membawa informasi ke ponselnya tersebut. Video berdurasi 19 detik yang menunjukkan adanya temuan nisan kuno di salah satu proyek pembangunan.
Arkeolog Madya dari Kantor Arkeolog Sumatera Selatan — bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) — ini segera konfirmasi ke berbagai pihak video tersebut. Keesokan harinya, informasi sudah menyebar luas. Viral di media sosial, menyita perhatian warganet khususnya warga Palembang.
Nisan kuno ditemukan oleh pekerja konstruksi
Para pekerja PT Waskita Karya yang tengah mengerjakan proyek Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)-lah yang menemukan nisan tersebut. Saat sedang menggali tanah untuk memasang pipa, di kedalaman 1-1,5 meter ditemukan enam nisan kuno beraksara Arab tersebut.
Beberapa orang mengabadikannya dalam rekaman video, mengunggahkan ke media sosial, kemudian viral. Dalam video berdurasi 19 detik tersebut, tampak dua nisan beraksara Arab dengan latar belakang pekerja yang sedang melakukan pekerjaan gali. Dari video tersebut diketahui bahwa penemuan tersebut terjadi pada malam hari.
Namun video tersebut tidak bertahan lama di Instagram karena pada Jumat (14/1/2022), video tersebut menghilang di akun pertama yang mengunggahnya.
Jumat siang, perwakilan instansi Dinas Kebudayaan Palembang, Kantor Arkeologi Sumsel, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Palembang, dan komunitas Sahabat Cagar Budaya (SCB) Palembang mendatangi lokasi untuk mengonfirmasi penemuan tersebut. Hasilnya nihil; pihak PT Waskita Karya yang bertanggung jawab dalam penemuan tersebut enggan berkomentar. Namun warga sekitar membenarkan adanya temuan tersebut.
PT Waskita Karya meminta disurati secara resmi untuk mengklarifikasi penemuan tersebut, Dinas Kebudayaan Palembang memenuhinya dan segera melayangkan surat resmi. Sabtu (15/1/2022), cuitan Penggagas SCB Palembang, Robby Sunata di Twitter viral. Mengundang perhatian banyak pihak, termasuk pemanggu jabatan PT Waskita Karya pusat.
Halo @waskita_karya, hari kamis malam lusa kemarin di salah satu lokasi galian proyek kalian di Pasar 16, Palembang, ditemukan beberapa benda yg diduga objek cagar budaya, sayangnya terasa ada usaha dr oknum karyawan kalian yg hendak menutup2i temuan itu,
Cc: @erickthohirUtas
— 🦉Robi (@robbysunata) January 15, 2022
Nisan kuno sempat dikubur kembali
Hingga akhirnya Senin (17/1/2022), pihak PT Waskita Karya mendatangi Dinas Kebudayaan Palembang untuk mengklarifikasi temuan nisan kuno tersebut. Waskita Karya mengakui pihaknya tidak memiliki standar operasional prosedur (SOP) apabila dalam pengerjaannya menemukan benda diduga cagar budaya. Saat nisan ditemukan, pekerja hanya mengangkatnya, memasang pipa IPAL, kemudian menguburnya kembali.
Manajer Operasional Proyek Waskita Karya Palembang Riza mengatakan, pekerja mengembalikannya ke tempat asal dan kemudian mengecornya di bagian atas karena takut salah bertindak.
“Kami memang belum memiliki SOP apabila saat pengerjaan ditemukan barang kuno begitu. Jadi karena takut diapa-apakan, kita kembalikan saja ke tempat ditemukannya. Kemudian selanjutnya melapor,” ujar Riza, usai pertemuan.
Setelah pertemuan dengan instansi terkait, mereka sepakat untuk menggali kembali lokasi penemuan untuk mengambil nisan kuno tersebut Senin (17/1/2022) malam sekitar pukul 20.00. Untuk kemudian diteliti oleh arkeolog dan ahli bahasa.
PT Waskita Karya masih mengerjakan proyek IPAL di kawasan Pasar 16 Ilir hingga pertengahan 2022. Oleh karena itu, kontraktor dengan instansi terkait sepakat membentuk tim koordinasi. Apabila ada temuan benda diduga cagar budaya selanjutnya, bisa diperlakukan dengan baik.
Hasil penelitian alih aksara nisan kuno
Kepala Kantor Arkeologi Sumsel Wahyu Rizky Andhifani mengatakan, bersama akademisi dan Dinas Kebudayaan Palembang, pihaknya telah melakukan alih aksara terhadap nisan kuno tersebut. Keenam nisan tersebut berbahan granit yang berbeda-beda ukuran. Tulisan di nisan tertera aksara arab, lima nisan berbahasa arab dan satu nisan berbahasa melayu.
Sebanyak empat nisan ditemukan di lokasi penemuan, sementara dua lainnya terbawa oleh truk penganggut buangan tanah. Akhirnya ditemukan di kawasan Tanjung Bakian, Tanjung Barangan, Kecamatan Ilir Barat I, usai warga melapor.
Dari enam nisan yang ditemukan, terdapat dua nisan yang tertulis penanggalan. Pada nisan 4, tertera 8 Robiul Akhir 1322 Hijriah sekitar 1904 Masehi. Sementara di nisan 6, tertera 25 Dzulhijah 1310 Hijriah atau 1893 Masehi. Diperkirakan 6 nisan yang ditemukan pun masih memiliki hubungan keluarga.
Nama yang tertera dalam nisan tersebut secara berurutan, nisan 1 Niaji Nadibah binti Abdu Al Aziz Falembani, nisan 2 Haji Abdurrahman Raja Ismail, nisan 3 Niaji Rosyidah binti Haji Abdurrahman Raja Ismail Falembang, dan nisan 5 Nuraini binti Haji Abdurrahman. Sementara nisan 4 dan 6 tidak bernama hanya memiliki keterangan penanggalan meninggal.
Para peneliti memperkirakan nisan yang tidak bernama merupakan pasangan nisan bagian kaki, namun masih ada keraguan karena bagian medalion yang ada di nisan memiliki ukuran yang berbeda dengan nisan yang bertuliskan nama.
“Diperkirakan keluarga ini pun keluarga ulama, karena penyematan nama Falembani pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam diberikan kepada orang yang sudah pernah belajar agama Islam di Arab, selain menunaikan ibadah haji,” ujar Wahyu.
Saat ini, seluruh nisan sudah diserahkan kepada Dinas Kebudayaan Palembang. Arkeolog pun sudah menyerahkan hasil penelitian dan alih aksara nisan-nisan tersebut. Pihaknya pun memberikan rekomendasi kepada Pemkot Palembang dalam hal ini Dinas Kebudayaan serta Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi.
“Nantinya nisan itu akan diapakan, merupakan kewenangan dua instansi tersebut,” ujar Wahyu.
Berdasarkan dokumentasi historis, pada peta yang dibuat pemerintahan kolonial Belanda 1920, lokasi tempat ditemukannya nisan tersebut merupakan lahan kosong. Beberapa bangunan ruko tua di Pasar 16 Ilir pun tertera penanggalan berkisar antara 1924 hingga 1927. Bisa jadi sebelum peta yang dibuat oleh pemerintahan kolonial terdapat pemukiman di kawasan tersebut. Karena pada masa tersebut, pemakaman keluarga terletak tidak jauh dari pemukiman.
Pada peta bertahun 1821 pada zaman kesultanan di dekat lokasi penemuan pun diketahui sudah banyak pemukiman Rumah Limas tempat tinggal para pangeran Kesultanan Palembang Darussalam.
“Kemungkinan daerah itu ditimbun oleh pemerintah kolonial sebelum 1920. Saat ditanyakan kepada pekerja Waskita Karya yang menemukan nisan tersebut saat menggali pun posisi nisan sudah rebah, bukan tertancap. Kemungkinan memang sudah ditimbun lama jauh sebelum ada bangunan ruko di lokasi itu,” kata dia.
Penetapan cagar budaya, kesadaran masyarakat, dan perhatian khusus pemerintah
Retno Purwanti yang juga merupakan Ketua Tim Cagar Budaya Palembang mengungkapkan, temuan ini dapat mendorong ditetapkannya kawasan cagar budaya kawasan Pasar 16 Ilir. Retno berujar, temuan nisan kuno ini signifikan untuk menambah data dan memperkuat dugaan kawasan tersebut merupakan situs bersejarah penting di Kota Palembang.
“Berdasarkan temuan ini TACB Palembang akan menyiapkan data pendukung dan membentuk tim untuk pengajuan kawasan cagar budaya,” kata Retno.
Nisan yang ditemukan ini, ujar Retno, bentuk nisan tipe Kesultanan Demak yang banyak ditemukan di komplek pemakaman kuno lain di Palembang. Seperti Kawah Tengkurep, Sabokingking, Talang Kerangga, dan Kebon Gede.
Selain dari nisan, data umur artefak tersebut pun dapat diketahui dari lapisan tanah tempat nisan tersebut sebelumnya terkubur di kedalaman 1-1,5 meter.
“Kawasan 16 Ilir mulanya adalah kawasan rawa yang kemudian ditimbun untuk jadi kawasan pusat perekonomian di masa Kolonial Belanda. Dengan mengetahui lapisan tanahnya, bisa kita ketahui apakah nisan tersebut memabgn bagian dari kuburan atau hanya dipindahkan. Selain itu bisa jadi ada keterkaitannya dengan Keraton Beringin Janggut, namun dugaan itu baru bisa dibuktikan dengan penelitian lebih lanjut,” kata Retno.
Diketahui, Keraton Beringin Janggut dibangun oleh pendiri Kesultanan Palembang Darussalam Ki Mas Hindi, setelah Keraton Kuto Gawang di kawasan 1 Ilir (sekarang menjadi lokasi pabrik PT Pupuk Sriwijaya), hancur pada abad ke-17. Kawasan yang akhirnya menjadi pusat perekonomian dan menjadi Pasar 16 Ilir itu pun merupakan bagian dari dinamika politik pemerintahan kolonial Belanda untuk membangun konsep kota modern yang dimulai pada tahun 1898.
Dengan pertemuan dengan pihak PT Waskita Karya dan Dinas Kebudayaan terkait penemuan nisan kuno tersebut, dirinya berharap agar pihak kontraktor yang menemukan benda bersejarah segera melaporkan ke pihak terkait.
“Kami tidak berniat untuk menghambat pengerjaan proyek. Kami hanya meminta ke depannya, jika menemukan benda bersejarah sekecil apapun itu bisa segera dilaporkan agar kami bisa meneliti lebih lanjut,” kata Retno.
Penelitian lebih lanjut
Arkeolog akan mengecek empat lokasi pembuangan bekas tanah galian di Pasar 16 Ilir, untuk penelitian lebih lanjut. Retno berujar, dari penemuan enam nisan sebelumnya ditemukan pecahan logam di lubang pasak salah satu nisan. Pecahan logam masih akan diteliti lebih lanjut dan mengindikasikan ada barang-barang peninggalan lain dari lokasi yang diperkirakan bekas pemukiman di zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Dari penuturan pekerja proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang digarap Waskita Karya, tanah bekas galian dibuang di empat lokasi berbeda. Yakni di kawasan OPI, Jakabaring, Gandus, dan Matamerah. Serta di Tanjung Bakian, Tanjung Barangan, Kecamatan Ilir Barat I yang menjadi lokasi ditemukannya dua nisan kuno tambahan dari sebelumnya ditemukan empat di lokasi penggalian Pasar 16 Ilir.
Upaya penelitian lanjutan tersebut pun dilakukan untuk menyusun jurnal ilmiah yang akan segera disusun, supaya temuan nisan kuno tersebut bisa menjadi landasan akademisi dan pemangku jabatan lain dalam menentukan arah pembangunan Kota Palembang kedepannya.
Sejauh ini, Palembang diketahui menjadi salah satu wilayah yang memiliki keragaman data arkeologi, terutama masa Kedatuan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, dan masa pemerintahan kolonial Belanda.
Pihaknya pun sudah merekomendasikan kepada Pemkot Palembang untuk mensosialisasikan penemuan tersebut karena berpotensi adanya temuan baru di lokasi yang sedang dilakukan proyek IPAL serupa di kawasan Masjid Agung Palembang, serta Jalan Merdeka.
“Dengan adanya temuan masif seperti nisan kuno ini, diperkirakan masih akan ada temuan-temuan lain yang lebih kecil di sekitar lokasi tersebut. Waskita Karya pun kita apresiasi karena mau untuk bekerja sama dan berkoordinasi terkait hal ini. Untuk kontraktor lain yang sedang mengerjakan proyek di kawasan Kota Lama Palembang pun diimbau untuk melaporkan temuan sekecil apa pun,” jelas Retno. (***)