Operasi militer Rusia di Ukraina sudah berlangsung selama lebih dari satu pekan. Namun tanda-tanda konflik tersebut mereda belum nampak. Sempat ada wacana jika Rusia akan menggunakan Bom Nuklir dalam konflik tersebut.
-
Ledakan bom nuklir ini memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan.
-
Selain berdampak bagi populasi manusia, bom nuklir juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam jangka waktu panjang.
Terlebih lagi ada perintah dari presiden Vladimir Putin untuk menyiagakan Pasukan Nuklir. Lantas apa yang terjadi jika Rusia menggunakan bom nuklir dalam konflik ini? Prasta Kusuma mengulas efek bom nuklir berkaca pada kejadian yang pernah terjadi untuk wanawala.com
Menewaskan puluhan ribu orang dalam seketika
Bom nuklir merupakan senjata yang sangat mematikan. Pertama, wilayah yang terletak dalam zona ledakan yang bakal luluh lantak dan menderita kehancuran total. Hal ini akan membuat kerusakan masif dan jumlah korban jiwa yang tinggi.
Sangat kecil harapan hidup jika kita terperangkap di Zona ledakan bom Nuklir ini karena daya hancur yang sangat masif. Sebagai contoh, 30 persen populasi Hiroshima atau sekitar 70 ribu jiwa yang berada di zona ledakan bom “Little Boy” Amerika tewas seketika saat dijatuhkan pada 6 Agustus 1945.
Efek shockwave dan zona radiasi
Kemudian, bom nuklir juga akan menimbulkan shockwave yang sangat kuat dan juga menyebarkan radiasi nuklir ke sekitar zona ledakan dan menciptakan zona radiasi.
Walaupun ada populasi yang selamat dari ledakan dan efek shockwave, bom nuklir akan menyebarkan radiasi yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Diperkirakan sekitar 50 persen atau lebih manusia akan mati jika berada di zona ini dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu.
Paparan Radiasi = penyakit mematikan dan kerusakan genetik turunan
Tidak berakhir begitu saja, ledakan bom nuklir ini memiliki efek jangka panjang bagi kesehatan. Sebagian besar orang yang terpapar radiasi tidak akan bertahan, sedangkan yang selamat akan terkena berbagai penyakit mematikan seperti kanker.
Berkaca pada kejadian bom atom Hiroshima, sekitar 90 ribu orang atau 36 persen dari populasi Hiroshima saat ini, meninggal dunia di sisa tahun 1945 karena efek radiasi bom atom.
Selain itu, kerusakan genetik juga akan terjadi yang pada akhirnya akan menimbulkan kecacatan bagi yang terpapar langsung maupun keturunannya. Efek-efek mengerikan ini nampak dari para korban bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, serta para “Chernobyl Liquidators” yang terlibat dalam penanganan ledakan reaktor nuklir Chernobyl.
Pencemaran lingkungan
Selain berdampak bagi populasi manusia, bom nuklir juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dalam jangka waktu panjang. Rusaknya lingkungan daerah yang terkena radiasi nuklir tidak akan bisa dihuni oleh makhluk hidup dalam jangka waktu tertentu. Bisa dalam hitungan tahun, puluhan, bahkan ratusan tahun.
Perubahan iklim
Perubahan iklim pun dapat terjadi seketika selepas ledakan terjadi. Hal ini bisa kita lihat di kota Pripyat, sebelah utara Ukraina. Pripyat yang merupakan kota di perbatasan Ukraina dan Belarusia harus menjadi sebuah “kota hantu” dan tidak bisa dihuni oleh penduduk karena tragedi ledakan reaktor nuklir, Chernobyl pada tahun 1986 silam.
Dunia saat ini dilanda kecemasan karena pada Rabu, 2 Maret 2022 waktu setempat Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menuding Ukraina berupaya mendapatkan senjata nuklir dan masih memiliki teknologinya sepeninggalan dari Uni Soviet. Menanggapi hal tersebut, Amerika Serikat menyiagakan pesawat anti nuklir mengantisipasi terjadinya perang yang melibatkan bom nuklir.
Rusia pun memiliki pasukan Spetsnaz dan Chechnya Hunter yang memiliki spesialisasi khusus dalam berperang. Baca di sini untuk cari tahu lebih banyak tentang mereka.
Pengerahan senjata nuklir alias pemusnah massal dalam suatu konflik sangatlah menakutkan, sehingga disarankan untuk tidak menggunakan senjata ini dalam peperangan.
Selain faktor kemanusiaan, Rusia juga diharapkan untuk tidak menggunakan kekuatan nuklir di Ukraina karena hanya akan memperpanjang konflik dan juga dalam menyebabkan kerugian jangka panjang dalam perekonomian dan stabilitas dalam negeri Rusia sendiri.
Tentang Penulis
Prasta Kusuma merupakan lulusan Fakultas Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Padjajaran. Pria yang akrab disapa ‘Obet’ oleh kawan dekat ini memiliki ketertarikan tentang geopolitik serta pertahanan negara. Saat ini Prasta memiliki perusahaannya sendiri yang bergerak di bidang jasa dan Event Organizer di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Prasta membagikan pandangannya terhadap kabar militer dan pertahanan di akun Instagram @prastaobet
Sumber Foto: Footage Create